Harus merelakan... ♥
Baru
saja melewati tahun baru 2018, saya dan suami sudah harus menghadapi musibah
yang cukup berat bagi kami. Tetapi kami percaya bahwa Allah SWT tidak akan
memberikan cobaan diluar batas kemampuan manusia, seperti firman Allah SWT dalam
surat Al-Baqarah ayat 286. Jadi saya dan suami yakin seberat apapun cobaan yang
diberikan-Nya, pasti kami dapat melaluinya. Hanya dengan banyak sabar, ikhlas
dan berserah diri kepada-Nya saya dan suami dapat menerima semua cobaan-Nya
dengan berbaik sangka.
Tepat
tanggal 3 Januari 2018 saya mengalami flek atau tampak bercak darah berwarna
coklat pada pakaian dalam saya. Saat itu saya sedang berada dikantor, dan flek
tidak berhenti sampai siang hari. Sebenarnya bercak ini sudah ada sedari
semalam, tetapi karena saya pikir ini hanyalah bercak yang biasa terjadi pada
kehamilan usia muda jadi saya tidak terlalu memusingkannya. Dan saya tetap
santai tanpa stress membiarkannya, sampai pada akhirnya siang hari setelah
makan siang saya merasa sepertinya bercak darah semakin banyak dan warnanya
semakin segar.
Akhirnya
saya hubungi suami, minta tolong dijemput di kantor untuk langsung periksa ke
bidan agar saya tahu mengapa saya mengalami flek. Jadi saya langsung buat surat
izin meninggalkan kantor pukul 15:00 WIB, dan sebelum ke bidan saya pulang dulu
untuk membawa beberapa berkas agar jika terjadi apa-apa semuanya sudah siap,
karena jujur saja perasaan saya sangat tidak enak. Pukul 16:00 WIB saya berangkat
ke bidan dan benar saja sesampainya disana bu bidan langsung menyarankan saya
untuk USG saja karena jika warna flek semakin segar sepertinya ada yang tidak
beres dengan janinnya. Beliau lalu membuatkan saya surat rujukan ke rumah sakit
dengan BPJS agar jika terjadi apa-apa pada diri saya dan khususnya pada janin
saya semua biaya dapat tercover oleh
BPJS. Bidan menyarankan agar saya langsung periksa hari itu juga agar janin
segera tertolong.
Pukul
17:30 WIB saya tiba di RSIA Bunda Aliyah, saya mendapat nomor urut 3 tetapi
jadwal dokter pada hari itu di mulai jam 19:00 WIB malam jadi saya harus
menunggu sampai dokter tiba. Sambil menunggu saya dan suami banyak ngobrol, dia
juga banyak menghibur saya agar tidak stress, dia suami yang siaga buat saya.
Suamiku selalu ada kapanpun aku butuh, selalu bersedia menemaniku kemanapun aku
pergi, apa karena masih pengantin baru ya? Hehehe... Tanpa terasa tibalah
waktunya untuk periksa, saya dan suami masuk ke ruang periksa dan menemui
dokter. Disana saya langsung menceritakan kalau saya sedang flek mulai dari
semalam tetapi paling banyak hari ini. Raut wajah pak dokter langsung cemas,
beliau menyarankan saya untuk segera bersiap untuk USG. Saat USG wajah pak
dokter tambah cemas, saya dan suami jadi khawatir dan bertanya-tanya tetapi pak
dokter belum mau menjawab. Sampai akhirnya beliau mengatakan kalau jantung pada
janin saya sudah tidak berdetak. Janin saya juga tidak bergerak sama sekali.
Alangkah
terkejutnya saya mendengar hal itu, ekspresi wajah suami saya pun langsung
berubah. Suami saya berusaha meyakinkan dokter kalau baru 2 minggu yang lalu
kami periksa dan janinnya punya detak jantung. Suami saya emosi sekali seperti
tidak bisa menerima kenyataan. Saya hanya bisa menahan tangis. Lalu dokter
dengan sabar menerangkan kalau hal seperti ini biasa terjadi pada kehamilan
dibawah 20 minggu. Pak dokter menyarankan agar janin segera dikuret karena akan
berdampak buruk pada saya, tetapi suami menolak karena dia masih yakin kalau
janin ini masih hidup. Pak dokter lalu memberikan resep obat penguat kandungan
dan menyarankan agar saya banyak istirahat, jika terjadi pendarahan saya bisa datang
dan menghubunginya kapan saja.
Resep
yang diberikan oleh dokter tidak kami tebus, karena saya merasa tidak yakin
jika janin yang saya kandung masih hidup jadi rasanya percuma saja menebus
resepnya. Berbeda dengan suami saya yang masih ingin meyakinkan dirinya bahwa
janinnya masih hidup dan jantungnya masih berdetak seperti sebelumnya. Jadi
suami mengajak saya untuk langsung periksa ke dokter yang sebelumnya memeriksa
kandungan saya karena suami merasa dokter sebelumnya lebih tahu riwayat
kandungan saya dan dokter sebelumnya juga menjadi saksi bahwa jantung janin
saya pernah berdetak. Tetapi badan ini sudah tidak kuat, kepala sudah pusing
dan sangat lemas, jadi kami putuskan hari Jum’at baru akan menemui dokter
Westrian SPOG.
Tak
disangka keesokan paginya tanggal 4 Januari 2018, saat sedang buang air kecil, banyak sekali gumpalan
darah kecil berwarna merah tua turut keluar. Saya lemas sekali dan hanya bisa
pasrah, entah mengapa hati ini yakin sekali kalau janin yang saya kandung sudah
tidak bisa diselamatkan. Saya lalu memberitahu suami dan dia langsung membawa
saya ke RSIA Hermina Jatinegara menemui dokter Westrian, karena sebelumnya kami
biasa periksa kandungan dengan beliau dan menurut kami beliau juga sudah tahu
riwayat kandungan saya.
Sesampainya
di RSIA Hermina Jatinegara saya langsung naik ke lantai 5 dengan didorong kursi
roda oleh suami. Disana saya dicek tekanan darah dan diukur timbangannya,
alangkah terkejutnya saya begitu berdiri dari kursi cek tekanan darah ternyata
darah saya sudah merembes kesemua sudut kursi. Suster lalu sibuk bolak balik
masuk ruang dokter dan telpon kesana kesini, lalu tibalah 2 suster lain, mereka
sibuk menelpon. Kemudian saya masuk ruang dokter, saat bertemu saya langsung
bilang kalau sudah keluar gumpalan darah. Dokter lalu mempersilakan saya untuk
bersiap periksa USG.
Baru
membuka celana panjang saya, gumpalan darah besar langsung berjatuhan. Ya
Allah...ingin menangis rasanya..hati
saya sedih sekali. Tetapi saya harus tegar, tidak boleh menangis. Suster dengan
sigap menangani saya dan mebersihkan darah. Saya lalu duduk di kursi periksa, dokter
lalu mengeluarkan sisa gumpalan darah dengan alat, kemudian periksa saya dengan
USG Transvaginal dan disaksikan oleh suami, dokter mengatakan kalau jantung janin
saya sudah tidak berdetak dan harus dikuret karena jika tidak akan terus
terjadi pendarahan. Sedih sekali mendengarnya, tetapi harus dijalani...suami
pun lalu sibuk telpon memberi kabar kerumah. Saya lalu dibawa suster untuk
ambil darah untuk diperiksa. Kemudian berganti baju warna hijau khas operasi
lalu berbaring sembari menunggu suami urus administrasi. Perasaan bercampur
aduk tetapi saya yakin inilah jalan terbaik yang Allah tentukan untuk kami.
Setelah
operasi kuret selesai, malamnya saya sudah boleh pulang kerumah. Suami dengan
sigap selalu menemani saya dan selalu menghibur saya. Benar-benar suami yang
baik dan pengertian hihiii..semoga kesabaran kita membuahkan pahala yang
berlimpah dan mudah-mudahan kelak Allah SWT akan mempercayakan saya kembali untuk mengandung
anak-anak yang lucu-lucu. Aamiin...
Comments
Post a Comment